Pernakah terpikir untuk memodifikasi sebuah dish mesh (jaring) menjadi sebuah solid dish? Apakah mungkin melakukan hal demikian? Lalu apa yang kita perlukan untuk keperluan perakitan dish solid ini? Perlukah perhitungan ulang agar parabola tidak berubah bentuknya? Ternyata salah satu cara adalah dengan menggunakan “alluminium foil” yang biasanya digunakan oleh ibu-ibu untuk memasak.
Tak habis pikir, ternyata dunia parabola dan pertelevisian satelit banyak sekali kaitannya dengan dunia masak-masak yang ditekuni ibu-ibu. Bahkan nama dish itu sendiri yang kalau diartikan bisa di sebut “kuali” untuk penggorengan atau “piring” untuk makan. Nah, khan? Sangat erat sekali kaitan dunia yang sangat berbeda ini.
Kalau selama ini kita mengenal talenan yang dimodifikasi (dikreasikan) untuk merobah LNB Polar menjadi LNB Circular terutama untuk menangkap siaran (televisi) yang ditransmisikan dari Negara Rusia yaitu Satelit Yamal 202, maka kali ini kita akan melihat kemampuan selembaran alluminium foil yang biasanya digunakan ibu-ibu untuk memasak makanan yang dipanggan di oven dan lain sebagainya. Ternyata kemampuan alluminium foil ini mirip dengan alluminium pada umumnya yaitu “memantulkan sinyal”.
Alluminium selama ini digunakan untuk pemantul pada dish mesh, serta tulang-tulang dish yang membentuk parabola itu sendiri. Sedangkan alluminium foil yang akan kita gunakan dalam proses “pemantulan” sinyal ini hanyal berupa lembaran alluminium tipis (tanpa lobang-lobang) yang kita rekatkan pada mesh (jaring) dari sebuah dish yang akan kita modif. Kemampuannya sangat memuaskan. Pada percobaan yang kami lakukan (jum’at kemaren), dengan hanya merekatkan alluminium foil pada 1/3 dish mesh 6ft mampu menambah kualitas sinyal sebesar 10%.
Alluminium foil dengan panjang sekitar 7 m dan lebar sekitar 30 cm, direkatkan pada mesh reflektor menggunakan lem “super glue” (lem besi) dan pada sisi luarnya (lingkaran luar dish) kami rekatkan menggunakan “lakban”. Ada baiknya menggunakan lem Fox warna jingga untuk mengelem kau mungkin rekatannya akan lebih kuat dibandingkan lem besi (blom dicoba). Hanya saja, untuk mengatasi angin kencang kami belum mendapatkan solusi terbaik agar dish yang telah dimodifikasi ini bisa bertahan dan tidak mudah rusak ketika tertiup angin. Selain itu, kekhawatiran kami pada hujan deras (lebat) kemungkinan bisa menyebabkan alluminium foil koyak karena lembarannya yang terlalu tipis serta mudah robek ketika digunting.
Kemampuan menambah sinyal sebesar 10% ini kami nilai sangat menarik, karena kalau dilihat lembaran alluminium ini sangat tipis sekali dan jika dilihat sepintas pasti tidak akan pernah terpikir mampu menaikkan kualitas sinyal sebesar itu. Sinyal Indosiar sebelum dish jaring dimodif hanya pada kualitas level 38%. Ketika pekerjaan memodifikasi dish tersebut baru selesai 1/3 bagian, kami langsung coba untuk melihat pengaruh dari modifikasi ini. Ternyata sinyal Indosiar bertambah menjadi sekitar 48%. Fantastis!
Andai saja kami menyelesaikan modifikasi dish tersebut sampai selesai, kemungkinan RCTI yang selama ini “No Signal” pun bisa kami tangkap. Sedangkan pada posisi 1/3 dish yang termodif saja, kualitas sinyal RCTI sudah menunjukkan peningkatan dari semula 0% menjadi sekitar 32% (walaupun belum mampu menampilkan gambar maupun suara). Selain RCTI, sinyal yang yang lain juga ikutan naik. Anteve yang sebelumnya 0% sekarang sudah bisa ditangkap dengan baik pada kestabilan kualitas sinyal 42%, sementara TVOne yang semula sekitar 35% (gambar kayak VCD rusak) naik menjadi 40% (kualitas gambar dan suara normal).
Pencapaian yang luar biasa bagi kami, karena dari percobaan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa hubungan antara dunia masak-memasak para ibu rumah tangga sangat erat kaitannya dengan dunia parabola yang digandrungi para bapak selama ini. Kalau selama ini para ibu “memasak kates”, para bapak lah yang “menyantap kates” tersebut (Joking Mode: ON).
Selamat berkreasi!